Minggu, 13 Januari 2008

BUNUH DIRI MENJADI TREND DI MASYARAKAT

BUNUH DIRI MENJADI TREND DI MASYARAKAT

Berita bunuh diri kerap menyesakkan dada. Apalagi jika pelakunya berusia muda, bahkan masih anak-anak. Di tengah impitan masalah ekonomi dan sosial, tampaknya tindakan bunuh diri dipilih sejumlah orang sebagai jalan pintas yang paling mudah. Percaya atau tidak, bunuh diri seolah menjadi trend yang berkembang dalam masyarakat saat ini. Bunuh diri menjadi pilihan tanpa pandang bulu. Bisa terjadi pada orang dengan kondisi rendah ataupun yang berkecukupan , yang tinggal di desa atau di kota, serta jenis kelamin perempuan atau lelaki.

Bagaimana pendapat para ahli tentang hal ini. Berikut wawancara Agung Ayu Galuh dengan dosen Psikologi Klinis Universitas Padjadjaran, Drs. Achmad Djunaidi, M.Si. di fakultas Psikologi Unpad, Jatinangor, Sumedang, Jabar. Rabu, 11 Oktober 2006

Apa pendapat Anda tentang maraknya kasus bunuh diri yang bahkan sudah menjadi tren di masyarakat saat ini?

Saya tidak tahu sejauh mana ini dianggap sebagai trend karena saya masih belum tahu tentang data tersebut. Tetapi memang kalau dari media kita lihat makin banyak orang bunuh diri.

Yang saya ingin sorot kenapa orang bunuh diri?

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai dua dorongan buta. Pertama disebut dorongan untuk hidup termasuk cinta, kasih sayang. Kedua adalah dorongan untuk mati yang disebut matido dorongan untuk menyerang, berkelahi, dan melukai, termasuk melukai diri sendiri. Bunuh diri termasuk melukai diri sendiri menghilangkan nyawanya sendiri.

Apa yang melatar belakangi bunuh diri sampai menjadi tren. Jika dilihat dari segi agama hal tersebut tidak baik, bagaimana tanggapan Anda?

Saya tidak mau menyinggung soal agama karena baik atau tidak baik itu normanya bisa berbeda-beda. Tapi menurut saya orang bunuh diri itu kalau orang itu sudah putus asa untuk mencapai sesuatu. Kehilangan love, dorongan untuk love hilang maka timbul dorongan untuk mati, salah satunya adalah melukai diri sendiri yaitu tadi bunuh diri. Kenapa orang kehilangan dorongan untuk hidup, ya karena tidak mendapatkan kasih sayang jadi merasa diri tidak berharga karena merasa tidak berharga maka putus asa maka dorongan agresi itu muncul semakin keras karena merasa tidak cukup mempunyai keberanian untuk menghadapi lingkungan jadi larinya ke diri sendiri sehingga terjadilah bunuh diri.

Faktor apa saja yang memicu orang sehingga melakukan bunuh diri?

Dari rasa putus asa untuk sesuatu. Untuk hidup, terutama untuk hidup itukan diperlukan kasih sayang, cinta, perhatian. Orang yg bunuh diri merasa tidak cukup mendapatkan itu. Kenapa diperlukan perhatian itu, saya ingat obrolan saya dengan Profesor Kutso dari Jepang. “Di Jepang paling banyak orang bunuh diri. Rata-rata usia remaja kebawah, paling banyak anak-anak. Karena mereka merasa tidak berharga.” Lalu bagaimana membuat orang berharga, dengan cara memberikan penghargaan. Memberikan penghargaan itu tidak perlu repot-repot, tidak usah pakai bintang jasa tapi yang diperlukan hanya ucapan secara tulus. Yang paling sederhana itu ucapan terima kasih. Coba perhatikan berapa banyak kita mengucapkan terima kasih, lalu berapa banyak kita menerima ucapan terima kasih dari orang. Di Jepang ucapan terima kasih itu masih sangat kurang. Ada tiga hal yang membuat ucapan terima kasih itu menjadi sangat berharga. Ucapan terima kasih itu menunjukan rasa kasih sayang, perhatian, dan penghargaan. Saya ngobrol dengan Profesor Kutso ,dia profesor di bidang psikologi. Dia kemana-mana bertanya “thank you dalam bahasa anda itu apa?” dan setiap ketemu saya dia bilang apa kabar dan sesudahnya mengucapkan terima kasih. Kita hanya bertemu selama empat hari.

Gejala yang sama sudah mulai muncul di Indonesia, kita sudah jarang mengucapkan terima kasih pada orang lain. Nah mungkin itu, saling menghargai, saling menghormati itu sudah semakin kurang. Kita terlalu banyak memberikan kritik-kritik negatif tanpa banyak memberikan feedback-feedback positif akibatnya orang merasa semakin kecil, semakin tidak berharga, ia merasa semakin putus asa untuk mendapatkan sesuatu, sehingga hal-hal kecil bisa jadi pemicu. Pemicu untuk dia merasa tidak ada gunanya lebih baik saya mati. Agresi yang keluar terarahkan pada diri sendiri akhirnya bunuh diri.

Di Jepang ada bunuh diri yang dinamakan harakiri dikenal sebagai bunuh diri untuk menjaga kehormatan, bisa dikatakan itu bukan sebagai rasa putus asa bagaimana tanggapan Anda?

Harakiri pun itu karena dia sudah tidak bisa melakukan apapun lagi. “Saya merasa terhormat kalau saya membunuh diri sendiri daripada saya dibunuh oleh orang lain.” Harakiri itu dilakukan misalnya jika seseorang kalah dalam pertandingan atau dalam duel daripada saya dipenggal oleh orang lain karena saya kalah lebih baik saya bunuh diri, sehingga dia merasa lebih terhormat jadi bukannya tidak ada putus asa disitu “saya berani loh untuk mati.” Profesor kutso itu juga mengkaitkan masalah ini.

Kenapa di Jepang sampai bisa begitu besar kasus bunuh diri, mungkin masalah yg menjadi pemicu adalah hal-hal kecil. Misalnya jika di kalangan siswa itu karena dia dapat nilai jelek?

Karena yang dihargai disana itu adalah sesuatu yg hebat prestasinya. Padahal dari satu kelas ada empat puluh orang, kalau hanya sepuluh orang yang rangking di kelas berarti hanya sepuluh orang yg berprestasi jadi yang dihargai hanya sepuluh orang. Orang dipacu utk berprestasi tapi tidak dihargai prestasi yang lain. Memang banyak hubungannya dengan sekolah kalau gagal lebih baik saya bunuh diri. Karena orang tua disana menekankan motif berprestasi. Tapi sekarang sudah dianggap cara itu tidak tepat untuk membangun bangsa. Membangun bangsa yang berprestasi yang sedang hancur, mungkin cepat dengan cara seperti itu tapi dengan bangsa yang sejahtera cara itu kurang tepat karena itu dia ingin mengarjakan pada masyarakat Jepang untuk menghargai anak-anaknya. Ada perubahan sekarang untuk menghargai, walaupun hanya pekerjaan kecil tetapi kalian itu berharga.

Masyarakat Jepang sudah mulai berfikir positif. Karena hal itu banyak masyarakat Jepang yang tidak bahagia padahal tujuan hidup mencari bahagia.

Bagaimana di Indonesia sendiri?

Di Indonesia saya khawatir karena sekarang kalau saya baca dimedia massa baik cetak maupun elektronik itu terlalu banyak menonjolkan hal-hal negatif artinya unsur penghargaan terhadap hal-hal yang positif semakin rendah. Kalau sekarang banyak kelihatan marak bunuh diri mungkin juga terjadinya karena merasa kurang dihargai. Jadi yang kita harus bangun adalah saling menghargai. Falsafah sunda yg baik silih asah silih asuh silih asih itu kelihatannya tidak diterapkan dengan baik, bukan silih asah tapi silih adu jadinya bukan diasuh tapi didedetken bukan lagi diasih. Kurangnya kasih sayang juga termasuk.

Mengapa sampai terjadi kasih sayang itu kurang diberikan?

Mungkin tuntutan yang salah, misalnya tuntutan ekonomi yg berlebihan atau juga model-model yang kita pakai yg salah, sistem-sistem yang tidak sesuai yang kita gunakan. Tapi ini pergeseran social, pergeseran ini sudah terlihat terlalu besar. Kalau kita pakai istilah-istilah lama kita dibilang kuno. Mungkin contoh yang paling baik adalah dalam penggunaan bahasa yg baik digeserkan oleh bahasa-bahasa yang popular, sehingga sangat aneh ada tokoh media yang mengatakan bahwa “kita tdk akan ada MTV donk” artinya mestinya budaya MTV yang bukan kita miliki malah kita pertahankan sampai dikedepankan juga kenapa ini terjadi karena factor ekonomi, keuntungan yg bisa diraup.

Tanda-tanda jika orang ingin bunuh diri itu seperti apa?

Secara fisiologis ada, biasanya itu dimulai dengan fase-fase depresi. Biasanya sudah menarik diri, menarik diri dari pergaulan, mengurung diri adalah hal yang paling parah. Mengurung diri itu sudah tanda-tanda dia depresi, itu biasanya potensial untuk bunuh diri. Kadang situasional bisa menjadi pemicu.

Apakah mungkin karena faktor lingkungan juga ?

Mungkin faktor lingkungan juga yang menyalah-nyalahkan.

Bagaimana dengan keluarga?

Termasuk keluarga, apalagi keluarga itu faktor penting. Kalau orang-orang bilang saya salah tetapi keluarga saya menerima saya tidak akan putus asa sehingga masih bisa saya berbaiki tapi kalau keluarga sudah tidak bisa menerima saya, itu yang membuat dia tidak berharga. Tidak ada love lagi yang ada hanya hate. Hate ini masih lebih baik jika hate keluar jadi balas dendam tetapi ini juga sama jeleknya sebenaranya tetapi kalau hate itu kedalam nah inilah yang menyebabkan bunuh diri. Intrakonitif menghukum diri sendiri melukai diri sendiri.

Kenapa bunuh diri menjadi pilihan terakhir untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi seolah tidak ada cara lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi?

Katanya kalau orang bunuh diri semuanya sudah gelap, sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Tetapi tetap masalahnya adalah kasih sayang dan penghargaan.

Jadi makin kesini banyak orang Indonesia yang merasa tidak cukup mendapatkan kasih sayang dan tidak merasa dihargai sehingga merasa dirinya sama sekali tidak berharga.

Bahkan sekarang kasus bunuh diri semakin berkembang dengan adanya pelaku bunuh diri sebelum memulai aksinya menyiapkan kamera untuk merekam aksi bunuh dirinya, bagaimana menurut Anda?

Itu ada unsur lain bukan hanya unsur intrakonitif tetapi juga ingin memberikan hukuman kepada orang-orang lain. Artinya dia tidak hanya ingin menghukum diri sendiri tetapi juga ingin menghukum orang lain .

Kalau dilihat dari jenis kelamin, wanita atau pria yang lebih banyak melakukan tindakan bunuh diri?

Kalau untuk masalah itu saya belum mendapatkan data statistik tentang hal itu. Tapi kalau di Jepang kasus bunuh diri lebih banyak terjadi pada laki-laki karena tuntutan terhadap laki-laki itu sangat besar. Kalau di Indonesia jika wanita lebih besar kasusnya berarti wanita lebih merasa tidak berharga dalam hidupnya.

Berarti belum adanya kesamaan antara wanita dan pria, seperti haknya?

Pada dasarnya wanita dan pria dilahirkan berbeda, kalau dari haknya sama, seperti hak untuk hidup. Mungkin dari berbedanya perlakuan terhadap wanita sehingga dia merasa tidak berharga itu tergantung budaya dan kondisi yang ada. Seperti di Cina anak laki-laki lebih dihargai daripada anak perempuan.

Karena anak laki2 penerus keturunan. Kalau di Indonesia ada yg begitu ada yg tidak.

Di daerah itu kasus bunuh diri lebih besar daripada dikota-kota besar seperti Jakarta, apakah benar seperti itu?

Secara persis saya tidak tahu hal itu. Didaerah itu seperti apa?

Pegunungan misalnya?

Menurut saya bukan daerah pegunungan tetapi daerah pinggiran, suburban itu mungkin karena disitu terjadi dua unsur budaya yang berbeda bercampur sehingga orang tidak mempunyai pegangan sehingga menyebabkan ketika mengalami hambatan tidak ada yg bisa dijadikan patokan sehingga muncul rasa ketidakberdayaan. Mungkin itu yang menyebabkan kasus bunuh diri lebih besar terjadi di daerah daripada dikota besar. Jadi bukan antara daerah pegunungan dengan kota, lebih kepada daerah kampung yang dekat kota kasus bunuh diri terjadi. Jadi ada dua pengaruh yang berbeda yg saling berlawanan antara pengaruh modern dan tradisional.

Bagaimana dengan kasus bom bunuh diri?

Itu juga ada unsur putus asa. Ia menginginkan adanya perbaikan dalam negeri. Dia sudah melakukan berbagai hal tapi ternyata tidak berhasil sehingga timbullah rasa putus asa yang membuat ia bunuh diri walapun ada nilai plusnya seperti jihad masuk surga.

Pesan bagi masyarakat agar bunuh diri tidak lagi menjadi tren?

Kita harus lebih banyak saling menghargai itu yang membuat hidup menjadi lebih nyaman. Kalau kita merasa hidup lebih nyaman maka tidak ada gunanya lagi kita bunuh diri

Setelah baca tulisan di atas, tolong komentarnya ya.........

Makasih.... :)

-galuh-