Minggu, 13 Januari 2008

Indonesia “Raja” Plagiat

Indonesia “Raja” Plagiat

Mengapa saya menamai essay saya ini dengan Indonesia “Raja” Plagiat. Karena plagiat di Indonesia saat ini sedang marak-maraknya. Seperti sinetron-sinetron di Indonesia banyak yang meniru film-film dari Korea maupun Jepang bahkan untuk soundtrack film pun kita meniru dari negara lain. Tidak hanya dibidang sinetron dan soundtrack film, dalam banyak hal Indonesia sering kali menjadi plagiat sejati. Karena itu saya menulis essay tentang hal ini.

Plagiarism (dari Inggris) atau plagiat (dari Bahasa Belanda) memang sudah banyak diketahui oleh masyarakat bahkan mungkin dilakukan oleh masyarakat, tetapi tidak pernah dilacak sistematis di Indonesia, jadi kita tidak pernah tahu seberapa sering dilakukan di negara ini. Kamus menyatakan bahwa plagiarism sama dengan pencurian. ‘Plagiarius’ (Latin) berarti pencuri dan plagiat diartikan mencuri, mengambil idee, ciptaan, dan tulisan atau sebagian tulisan orang lain dan mencantumkan nama sendiri sebagai penciptanya.

Plagiat sudah dianggap “halal” di negara ini. Banyak kasus-kasus plagiat yang terjadi di Indonesia. VCD, CD, dan DVD bajakan salah satu masalah yang dihadapi bangsa ini. Banyak penyanyi dari dalam maupun luar negeri dan film-film dari dalam maupun luar negeri yang sudah dibajak dan mereka dirugikan karena kasus pembajakkan tersebut. Kita dengan mudahnya menemukan dan membeli VCD, CD, dan DVD banyak dibanyak tempat di negara ini. Banyak tempat, seperti saat saya sedang berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Di salah satu lantai di pusat perbelanjaan itu, saya melihat banyak sekali para pedagang VCD,CD, dan DVD bajakan baik lagu-lagu maupun film sangat bebas berjualan. Sepertinya pihak pusat perbelanjaan itu dengan sengaja menyediakan tempat bagi para pedagang barang ilegal tersebut untuk berjualan. Sudah dengan sangat bebas terjual tanpa ada rasa malu dan takut lagi dari para pedagang karena menjual barang-barang bajakan. Saya pernah bertanya kepada salah satu pedagang “ga takut kena razia mas?”, tanya saya, “ya kalau ada razia, kita tutup dulu mba. Kalau ada razia suka “bocor” duluan mba”, begitu jawab pedagang itu. Kita pun para konsumen membelinya juga tanpa rasa bersalah dan malu karena kita membeli barang bajakan. Sebenarnya para aparat pun sudah sering melakukan razia pada barang-barang ilegal ini. Tetapi lebih sering berita razia tersebut “bocor” lebih dulu ke pedagang-pedagang barang-barang bajakan tersebut sehingga mereka mudah menghindar dan mudah pula berdagang kembali. Kalau masyarakatnya sendiri mendukung perdagangan barang-barang bajakan ini dan gagalnya aparat untuk mengungkap kasus ini, kapan ya Indonesia akan terbebas dari salah satu masalah plagiat ini yaitu pembajakan?

Sinetron Indonesia terus berkembang dengan terus bermunculan judul-judul sinetron yang menghias layar kaca di Indonesia dari pagi hingga malam. Awalnya saya cukup bangga karena para pembuat sinetron saya anggap sangat produktif dengan terus menghasilkan sinteron walaupun saya bukan pemirsa setia dari sinetron-sinteron tersebut, tapi saya cukup bangga karena itu adalah karya anak-anak negeri. Rasa bangga saya langsung hilang karena judul-judul sinetron yang tayang itu adalah masalah lain dari plagiat di Indonesia yaitu maraknya membuat sinetron dengan mengambil ide cerita dari negara Jepang, Korea, dan Taiwan. Sinetron-sinetron tersebut selalu mengisi layar kaca di Indonesia mulai dari pagi sampai malam. Tidak hanya satu dua judul saja, tapi banyak sinetron yang sudah dihasilkan pembuat sinetron di Indonesia. Saya memiliki beberapa data judul-judul sinetron tersebut

Benci Bilang Cinta (Goong / Princess Hours - korean drama)
1. Benci Bilang Cinta (Goong / Princess Hours - korean drama)
2. Benci Jadi Cinta (My Girl – Korean drama)
3. Impian Cinderella (Prince Who Turns Into Frogs - taiwan drama)
4. Cowok Impian (It Started With A Kiss - taiwan drama)
5. Putri Kembar (100% Senorita / Twins - taiwan drama)
6. Dua Hati Satu Cinta (Qin Shen Shen Yu Meng Meng / Kabut Cinta – Taiwan drama)
7. Sumpeh Gue Sayang Loe (Smile Pasta - taiwan drama)
8. Kau Masih Kekasihku (At The Dolphin Bay - taiwan drama)
9. Pangeran Penggoda (Devil Beside You - taiwan drama)
10. Rahasia Pelangi (Love Apart A Moment - taiwan drama)
11. 2 Hati (Snow Angel - taiwan drama)
12. Berani Tampil Beda (Magicians of Love / Ai Qing Mo Fa Shi – Taiwan drama) -
apparently belon maen

Judul-judul diatas adalah sebagian contoh kecil dari plagiat yang dilakukan para pembuat sinetron di Indonesia. Tidak hanya Ide yang mereka tiru tapi percakapan dalam sinetron tersebut sampai mode pakaian turut serta mereka tiru. Seperti hal yang lumrah saja plagiat ide sinetron dari drama-drama Taiwan, Jepang, dan Korea sehingga terus bermunculan sinetron-sinetron dengan judul-judul lainnya. Bahkan sinetron yang sama terus diulang dua sampai tiga kali karena permintaan dari para pemirsa. Entah apa yang ada dipikiran mereka saat akan membuat sinetron plagiat tersebut. Kembali muncul pertanyaan dalam benak saya, kapan ya para pembuat sinetron Indonesia akan membuat suatu karya yang original kalau tidak ada rasa malu dari mereka dan dukungan dari para pemirsanya yang menyukai sinetron-sinetron plagiat tersebut?

Saya mengambil istilah dari sebuah media online yaitu basic honesty (kejujuran yang mendasar dalam lubuk hati). Mungkin sebagian masyarakat di Indonesia tidak memiliki basic honesty. Kejujuran yang mendasar dalam lubuk hati untuk tidak melakukan plagiat. Memang sulit plagiat untuk diberantas karena masyarakatnya sendiri mendukung adanya plagiat tersebut bahkan budaya plagiat tersebut selalu menyertai dimanapun. Dunia pendidikan pun ada budaya plagiat, dengan adanya kebiasan menyotek yang sudah dianggap lumrah sehingga terus dilakukan oleh para penerus bangsa. Mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi pun kebiasaan menyontek ada. Para murid dan mahasiswa ini dengan mudahnya menyotek saat pengawas sedang meleng atau dengan berbagai cara apapun.

Sudah sangat berakarkah plagiat itu sampai ada kasus lainnya yaitu plagiat dalam pembuatan skripsi. Ada sebagian para calon sarjana dengan tidak ada rasa bersalah melakukan plagiat seperti mengutip, mengambil sebagian bahkan mengambil sepenuhnya skripsi orang lain dan dengan bangganya mengakui sebagai skripsi yang ia buat sendiri. Kembali muncul pertanyaan dalam benak saya, bagaimana nasib bangsa ini dimasa yang akan datang, jika penerusnya sendiri sudah “rusak” terlebih dahulu?

Mudah-mudahan dengan semakin bertambahnya umur bangsa ini, semakin bermunculan SDM yang berkualitas dinegeri ini, masyarakat tidak lagi mendukung plagiatisme itu, seperti tidak membeli VCD, CD, dan DVD bajakan akan membantu bangsa ini terbebas dari budaya plagiatisme yang bisa menghambat kemajuan bangsa Imdonesia.

Itu tadi pendapat saya tentang plagiatisme sinetron Indonesia. Bagaimana dengan kalian?

Tolong kasih komentar kalian ya.......

makasih. :)

-galuh-

sumber-sumber:

www.google.com

.:: POPULAR ARTICLES ::.