Kamis, 10 Januari 2008

Slamet Raharjo tentang SINETRON

kalau kita lihat dan perhatikan, sepertinya, tayangan televisi sekarangsudah sangat tidak memperhatikan tentang salah satu funsinya, yaitu to educate. kenapa? karna saya melihat, tayangan sekarang lebih kepada untuk menghibur. tidak mendidik sama sekali. saya waktu itu sempat berbincang-bincang sama Slamet Raharjo. dan beliaupun menyetujui hal itu. berikut ini petikan wawancara saya dengan Slamet Raharjo berkaitan dengan dirinya yang terlibat sinetron DTK *Dunia Tanpa Koma(, alasan ia mau main sinetron, dan pandangannya terhadap sinetron sekarang ini.



G : Ini, kita lagi mau ngebicarain tentang DTK. Sebenarnya DTK itu menceritakan tentang apa sih?

SR : DTK itu, pada intinya kehidupan dan kegiatan wartawan baik sebagai pribadi maupun sebagai profesi. Jadi persoalan di rumah dan persoalan profesionalnya jadi tema cerita DTK.

G : Terus sasaran target penontonya, untuk penontonya?

SR : targetnya kalo saya lihat menengah keatas deh. Kalo lihat, bentuk berceriteranya sih saya kira bukan seperti hiburan yang jam tujuh itu.

G : Terus apa alasan anda mau ikut berpartisipasi dalam bermain di DTK?

SR : Satu maksudnya bagus, kedua ceritanya enggak menghayal gitu, dan ketiga sutradaranya juga serius. Terus teman-teman pemainnya juga yang rata-rata bintang film itu serius juga. Jadi ya alasannya sangat kuat untuk saya ikut. Karena saya kan senior di bidang yang serius-serius itu, ya udah saya harus ikut.

G : Lalu visi dan misi dari DTK itu sebenarnya apa?

SR : Visinya itu bahwa media informasi itu menjadi sangat penting. Jadi jangan memberikan informasi yang salah kepada orang, untuk itu diperlukan investigasi yang benar. Nah kebanyakan hari ini orang tidak diajak kepada kebenaran yang hakiki tapi lebih kepada hiburan-hiburan yang dalam hal ini kadang-kadang merupakan problem keseharian kita yang sebenarnya.

G : Lalu bagaimana perasaan anda ketika bermain dengan pemain-pemain yang bisa dikatakan baru?

SR : Ya nggak apa-apa. Di seniman itu nggak ada tua muda. Yang muda bodoh juga banyak yang pinter banyak. Dan juga yang tua yang pinter juga banyak yang bodoh juga banyak. Jadi saya rasa disini bukan masalah tua atau muda, bahwa mereka serius, mereka sungguh-sungguh, mereka apa namanya, ya nggak ada problem saya sama mereka. Kecuali kalo misalnya dia takutlah yang tua, gimana ya, masih bisa menghafal nggak, kan gitu biasanya, karena dianggap udah pikin kali. Tapi enggak, kita juga menunjukkan kelas kita, bahwa yang tua-tua ini belum tentu lebih jelek dari yang muda-muda.

G : Terus apa yang membedakan DTK dengan sinetron-sinetron lainnya?

SR : Bedanya, hiburannya itu semata-mata hiburan dan memang mereka barang dagangan, kalau yang lainnya itu, lebih kadang-kadang yah setan datang nggak jelas. Itu dibuat dengan pemikiran semata-mata adalah hiburan, yang didalamnya itu yang lebih menekankan kepada ndak perlu kebenaran-kebenaran. Yang penting bisa membuat orang senang, bisa membuat orang ketawa. Dan kadang-kadang nggak perlu logika disitu. Itu juga yang membuat keprihatinan kita semua, kok kaya film-film hantu dan segala macam itu begitu luar biasa. Seolah-olah pake Bismillah sekali aja setan ilang. Terus pake doa-doa nggak jelas setan datang. Nah, hal-hal yang kaya gitu saya rasa, kan agama kita nggak serendah itu. Jadi buat kita, tapi itulah hiburan. Itulah dagangan. Nah DTK mungkin tidak ke arah seperti itu.

G : Lalu apakah anda mau lagi jika ada yang menawarkan untuk bermain sinetron?

SR : Lihat ceriteranya. Kalau ceriteranya menarik dan masuk akal, kenapa nggak. Dan sutradaranya penting buat saya. Kalau sutradaranya bagus, ya mau.

G : Ini sudah yang keberapa kalinya anda bermain di sinetron?

SR :Banyak, banyak. Cuma ya memang selalu yang tidak jelas om nggak mau. Saya mau yang jelas-jelas aja. Ya satu hal yang perlu saya ingatkan bahwa nggak bisa disalahin juga kepada orang-orang yang bikin sinetron yang agak ngaco itu, karena ratingnya tinggi. Nah, ratingnya tinggi itu artinya penonton banyak yang suka. Dan kalau penonton banyak yang suka artinya penonton kita masih kaya begitu

G : Masih seperti apa?

SR : Masih ya dalam intelektualitas atau cara berpikirnya masih segitu. Jadi ya masih bisa, misalnya orang pada gila hadiah. Yang nggak ada hadiah orang nggak ditonton. Itu kan jadi masyarakat yang lemah, masyarakat yang hanya menunggu daun jatuh. Dia nggak pernah berpikir mau kreatif.

G : Oiya satu lagi, apa sih yang disebut dengan sinetrin yang baik?

SR : Sinetron yang baik itu sinetron yang bisa membuat masyarakat, penontonnya bertambah wawasannya. Lebih sadar pada lingkungan masyarakatnya. Lebih menghormati bahwa bangsa ini memerlukan anak-anak yang pandai. Dalam hal ini, kalau bangsa ini terlalu banyak anak-anak bodohnya, hancur negara ini.

G : Lalu ada pesen nggak untuk para masyarakat?

SR : Ya ndak, televisi itu keluarga. Keluarga itu antara lain kan kita. Ya, cobalah dipilih mana yang bisa ditinton dan mana yang tidak. Sebab kalau yang jelek nanti nggak ditonton mereka juga berhenti. Tapi kalau tetap ditonton ya mereka bikin terus. Saya rasa itu aja. Jadi saya rasa jika kita sayang pada negeri ini, ya yang jelek-jelek nggak usah ditonton. Kalau misalnya nggak bermanfaat ngapain ditonton. Dan nggak perlulah semua hal itu harus pakai hadiah. Kita ikhtiar donk. Jangan cuma nunggu gitu. kayaknya mentalitas kita lama-lama mentalitas hadiah, artinya nanti kalau nggak ada hadiah nggak mau. Kalau nggak ada hadiah masuk surga ntar nggak ibadah. Jangan dong. Surga dan neraka itu urusan Allah. Ibadah-ibadah aja

terus, sekarang gimana pendapat teman-teman tentang tayangan televisi sekarang, khususnya sinetron. terus,,apakah menurut kalian, kemajuan teknologi juga dapat mempengaruhi kehidupamn masyarakat. disisni kita khususkan pada televisi. apakah kalian setuju jika ada yang mengatakan kalau televisi ada hanya untuk merusak mral bangsa dari program-program yang diberikan?

-gta-